Apa Bedanya Patung dan Uang, Kan Sama-sama Disembah
KisahWeb - Apa perbedaan zaman dulu dan sekarang ? Dulu manusia menyembah patung, kini manusia "menyembah uang". Uang dan patung sama-sama diciptakan oleh tangan manusia, namun keduanya sama-sama "didewakan". Babak baru zaman jahiliyah.
Menyembah berhala adalah kebiasaan kaum terdahulu. Banyak alasan mengapa mereka sampai pada penyembahan berhala, mulai dari kebodohan hingga salah kaprah dalam mengenal tuhan.
Alih-alih menyembah tuhan mereka justru menghadap pada patung yang mereka buat dengan tangan sendiri. Menuhankan ciptaan tuhan.
Kini pun kita melihat patung baru dalam bentuk benda. Uang menjadi benda paling diburu. Sebab manusia telah berubah dari mahkluk sosoal menjadi mahkluk uang. "Mana bisa hidup jika tidak ada uang". Padahal tidak seperti itu konsepnya.
Manusia adalah hamba, hamba Allah. Kita diciptakan untuk mengabdi dan menyembah Allah. Namun kini kesibukan mencari uang justru melupakan kewajiban itu.
Uang menjadi "tuhan baru" bagi manusia. Astagfirullah. Bahkan anda saat ini pasti sedang memikirkan bagaimana untuk medapatkan uang banyak. Ya kan !
Uang memang penting, mustahil manusia tidak butuh uang untuk hidup. Bagaiamana kita bisa hidup kalau perut kosong. Omong kosong jika kita tidak butuh uang.
Namun acapkali kata butuh mejadi tumbal. Kebutuhan sudah terpenuhi, namun itu belum memuaskan batin. Manusia menyimpan keinginan untuk menumpuk harta di dalam hatinya. Tamak. Tidak merasa cukup.
Perut sudah terisi, rumah sudah ada. Tapi gengsi kalau tidak punya mobil. Gengsi kalau tidak punya ini, tidak punya itu. "Kita kan hidup di zaman modern, masa iya gak punya barang ini dan itu" pembelaan yang kadang berujung pada kemungkaran hati.
Manusia Selalu Merasa Kurang
Manusia akan terus merasa kurang, walau gunung emas ada di hadapanya. Rasul pun sudah mengetahui hal ini. Beliau pun bersabda:
"Seandainya manusia diberi satu lembah penuh dengan emas, ia tentu ingin lagi yang kedua. Jika ia diberi yang kedua, ia ingin lagi yang ketiga. Tidak ada yang bisa mengha langi isi perutnya selain tanah. Dan Allah Maha Penerima tobat siapa saja yang mau bertobat." (HR al-Bukhari)."
Alih-alih mencari uang untuk mengisi perut, kini tak hanya perut saja. Ada banyak yang ingin dikejar. Sifat qanaah pun lenyap. Hal itu diperparah dengan adanya tuntutan gaya hidup.
Padahal itu hanya menjerembab diri sendiri kedalam sifat tidak merasa cukup. Mendorong manusia kepada kufur nikmat dan tidak pernah merasa puas dengan rezeki.
Memburu dunia memang boleh, sah sah saja. Namun jangan lalaikan akhirat. Kerja siang malam "jojong" namun solat 5 waktu bolong-bolong.
Kejarlah dua duanya. Ambil dunia tapi utamakan akhirat. Islam memang tidak melarang hambanya untuk kaya, namun islam mengajarkan hambanya untuk bersyukur atas apa yang sudah didapatkan.
Kaya boleh, punya uang banyak pun sangat bagus. Dengan begitu anda bisa membantu sesama muslim yang kekurangan. Namun jangan sampai mengejar kaya membuat anda menjauh dari Allah.
Lalai dalam ibadah bukanlah hal yang bagus. Sebab ibadah adalah kunci kita agar hidup bahagia di akhirat kelak.
Ingat juga bahwa kita hidup di dunia karena kita akan dipindahkan di akhirat. Bawalah bekal sebanyak-banyak nya untuk hidup kehidupan abadi kelak. Sebab hidup disana (akhirat) direncanakan dari sini (dunia).
Oleh karenanya jangan sampai lalai mengutamakan akhirat. Jangan terus mengejar dunia hingga jarakmu dengan Allah sangat jauh. Hingga kamu tersesat. Hingga kamu gelap mata. Hingga hatimu jadi batu.
Kerja keras itu hal positif, nabi pun menganjurkan. Namun kita juga harus mengimbangi dengan qanaah. Nabi SAW sering berdoa, "Ya Allah berikan aku sikap qanaah (merasa cukup) terhadap apa yang Engkau rezekikan kepadaku, berkahilah pemberian itu, dan gantilah segala yang luput (hilang) dariku dengan yang lebih baik." (HR al-Hakim).
Dalam hadis lain, beliau berdoa, "Ya Allah jadikan rezeki keluarga Muhammad hanyalah kebutuhan pokok." (HR al- Bukhari, Muslim dan at-Tirmidzi). Wallahu a'lam. Salam
Posting Komentar untuk "Apa Bedanya Patung dan Uang, Kan Sama-sama Disembah "