3 Kisah Mertua yang Pilih Kasih pada Menantunya yang Menyedihkan
KisahWeb - Dikisahkan terdapat mertua yang pilih kasih pada salah satu menantunya. Hal tersebut karena si menantu itu tidak memiliki "seragam" ia hanyalah seorang petani. Alhasil ia diperlakukan dengan berbeda. Namun kesabaran sang menantu ini membuatnya "menang" hingga akhirnya mertuanya pun menyesal.
Status pekerjaan seseorang acapkali membuat pagar pembeda. Padahal manusia itu sama. Rezeki orang berbeda-beda. Nasib orang berbeda, namun kita tidak boleh menilai hanya sebatas status saja. Ingat juga bahwa roda kehidupan itu berputar. Tidak baik menghardik seseorang, apalagi menantu.
1. 4 Menantu, 3 berseragam dan yang 1 tidak
Dikisahkan Firman mempunyai 4 anak perempuan. Kemudian ke empatnya pun menikah. Anak pertama hingga ketiga dinikahi oleh pria berseragam. Anak pertama dinikahi polisi, anak kedua PNS dan yang ketiga adalah pegawai bank BUMN. Namun si anak ke empat yang bernama Nurul hanya menikah dengan lulusan sarjana pertanian yang memilih menjadi petani.
Nurul menikah dengan Wandi. Mereka direstui. Namun Firman kerap membedakan Wandi, ia sangat jarang mengajak ngobrol Wandi. Firman juga karap menyepelekan Wandi dengan berkata "Nurul mah harus sabar, nunggu panen dulu baru punya uang. Beda dengan ketiga kakanya yang tiap bulan dapat jatah uang dari suaminya"
Ketiga menantunya yang berseragam pun mendapat perlakuan spesial. Mulai dari seringnya diundang untuk makan bersama keluarga dan juga diajak untuk luburan keluarga. Namun Wandi dan Nurul tak diajak. Wandi dan Nurul hanya melihat postingan di sosial media milik keluarganya.
Firman juga sangat pilih kasih dalam menanyai kabar. Di grup wa milik keluarga, Firman sangat jarang bertanya mengenai kabar keluarga Wandi dan Nurul. Berbeda dengan ketiga menantunya yang setiap minggu ditanya kabar. "Gimana kabar, kerjaan padat engga ?" tanya Friman di grup wa.
2. Berlaku Juga ke Anak Wandi dan Nurul
Firman juga berlaku tidak adil pada Anak Wandi dan Nurul. Cucu dari 3 menantu berseragam sering dibelikan makanan dan juga mainan serta baju baru. Namun Lisa, dan Hinafi (anak Wandi dan Nurul) sangat jarang mendapat hadiah dari kakeknya itu. Bahkan saat lebaran, mereka hanya mendapatkan sebuah baju saja. Berbeda dengan yang lain, mereka mendapat uang dan juga banyak mainan.
3. Tetap Sabar
Wandi dan Nurul menyadari apa yang terjadi. Mereka paham betul jika ayah dan mertuanya membedakan atau pilih kasih. Namun mereka tetap sabar, tak pernah sedikitpun mereka membenci. Bahkan Wandi pernah menasihati Istrinya "Sabar, aku tau kita memang tidak diperlakukan seperti mereka. Tapi ingatlah bahwa orang tua tetaplah orang tua. Jangan sampai kurangi kasih sayang kita pada mereka. Cukup Allah sebagai penilai dan pembalas kebaikan kita"
4. Friman Jatuh Sakit
Usia yang terus lanjut membuat Firman rentan terserang penyakit. Ia lantas terkena stroke. Tubuhnya tidak bisa bergerak dan ia tidak bisa berbicara. Firman harus dirawat dirumah sakit selama sebulan. Ia pun harus dirawat dirumah selama hampir setahun.
Selama itu Firman tersadar karena hanya Wandi dan Nurul lah anak dan menantunya yang mengurusnya. Membersihkan kotoran, menyuapi makan dan juga terus mengurusi Friman yang terbaring tak berdaya itu.
Disinilah Firman merasa sangat menyesal krena telah berlaku tidak adil pada Wandi dan Nurul. Ia tidak memberikan kasih sayang pada Wandi dan Nurul karena mereka hanya seorang petani. Namun balasan mereka sangat luar biasa.
Setahun full Wandi dan Nurul mengurusi Firman yang sakit. Sedangkan ketiga anak dan menantu yang ia banga-banggakan hanya sekali dua kali mendatangi dalam sebulan. "Betapa zalimnya saya, betapa mulianya Wandi dan Nurul. Mengurusi saya dengan sabar" dalam benak Fikran Fikran pun sering meneteskan air mata. Ia pun sakit dalam keadaan sakit.
5. Firman Sembuh
Akhirnya dengan jerih payah luar biasa yang dilakukan Wandi dan Nurul, Firman sembuh. Ia sudah bisa berjalan dan berbicara normal. Firman pun tak banyak kata, ia malu dengan kelakuaknya dulu. Ia hanya memeluk Wandi dan Nurul sembari menangis.
Dalam hatinya berkata "maafkan aku anak ku". Firman lantas menrubah sikapnya kepada Wandi dan Nurul, namun tanpa mengurangi kasih sayang kepada 3 anak dan menantunya yang lain. Ia sekarang berlaku adil.
6. Sadar Bahwa Seragam Tak Menjamin
Suatu ketika Firman berkunjung kerumah Wandi dan Nurul. Itu adalah kali pertama ia mendatangi kediaman anaknya di desa. 10 tahun semenjak pernikahan Wandi dan Nurul, firman tak pernah sekalipun berkunjung. Alasanya karena jauh dan jalannan yang belum bagus. Betapa kagetnya Fikran melihat luasnya tanah milik Wandi dan Nurul. Sampai di rumah anaknya, Firman tekejut melihat kemewahan rumah Wandi dan Nurul. "berapa kamu abis uang untuk bangun rumah ini ?" tanya Firman. "kalau tidak salah 2 miliar lebih pak" jawab Wandi.
Firman tak menyangka bahwa Wandi dan Nurul sangat sejahtera. Bahkan lebih kaya dibanding ketiga anaknya yang berseragam itu. Selama ini ia salah menilai tentang pekerjaan Wandi yang hanya seorang petani. Wandi pun mengajak sang mertua keliling kebun nya.
Firman semakin amat sangat kaget saat melihat kebun jagung seluas 10 hektar. "ini baru kebun jagung pak, disana masih ada kebun merica dan juga pisang. Total lahan yang saya garap sekitar 20 hektar pak". Firman melongo dan sangat kagum dengan menantunya itu.
"Saya salah kaprah, selama ini saya pikir kalian itu hidup dalam keterbatasan. Hidup dalam kekurangan Karena Wandi adalah petani. Tapi, setelah melihat ini saya jadi malu. Harta saya jauh jika dibandingkan dengan kalian. Kalain lebih sukses daripada saudara-saudara kalian yang berseragam" ucap Firman
Sobat, itulah kisah mertua pilih kasih pada menantunya. Betapa salah kaprahnya Firman dan betapa sabarnya Wandi. Dalam hidup ini ada banyak hal yang tidak kita ketahui dan hanya kita jadikan sebuah prasangka. Sedangkan prasangka itu tidaklah akurat.
Prasangka Firman membuatnya salah kaprah. Sedangkan kesabaran Wandi memberikan pelajaran tentang diamnya orang hebat. Tidak perlu marah dan membela diri, cukup diam dan terus jalankan apa yang baik. Suatu saat mawar akan tercium wanginya.
Pelajaran lain adalah tentang orang yang tidak berseragam. Seragam hanyalah kain untuk identitas. Seragam tidak menjamin pemakainya adalah orang kaya.
Orang tidak berseragam bukan berarti tidak pintar dan kaya. Kadang orang tidak berseragam lebih pandai tentang cara hidup dan menghidupi. Orang tidak berseragam bebas menentukan darimana dan seberapa banyak uang yang ia dapatkan.
Menantu Tidak Alim dan Menantu Suka Nobar
Kisah kedua datang dari menantu yang terlihat tidak berpakaian alim. Ia dianggap tidak beragama dan tidak bisa memimpin keluarganya secara islami. Alhasil ia pun di kucilkan dan di pilih kasih oleh mertuanya. "Bajunya loh begitu, celana bolong-bolong. Menyerupai suatu kaum deh" ucap mertua.
Selain pakain, menantu ini jarang berjamaah di masjid. hal tersebut lantas membuatnya diangap jarang solat oleh mertua dan saudaranya. Ia hanya berjamaah saat solat jumat saja. Selain itu ia sangat jarang terlihat ada di masjid. Menantu satu ini juga jarang membaur dengan orang di lingkungannya.
Hal ini membuat mertua bertanya-tanya. Sebab sebelum menikah dengan anaknya, ia melihat pemuda itu rajin ke masjid dan berpakain sopan. "jangan-jangan dulu karena mau deketin anak saya. Sekarang pas udah dapet, dia menunjukan watak dan sifat sebenarnya" Mertua dan keluarga beberapa kali mengingatkan dan menyindir. Namun hal itu tidak dihiraukan.
Kisah ketiga yakni menantu yang suka nobar saat ada pertandingan bola. Mertua yang kesal karena ia meninggalkan istrinya saat malam, lantas memperlakukan mantu ini dengan tidak adil. Menantu ini tidak diberikan fasilitas yang sama dengan saudaranya yang lain.
Menantu itu pun tidak ditegur saat berkumpul. Al hasil mantu itu pun berubah. Ia memilih nonotn dirumah dibanding nonton di cafe.
Sobat, sederet kisah mertua pilih kasih tersebut semoga bisa menjadi pelajaran ya. Jika sobat punya kisah lain silahkan berbabgi bersama kami disini. Salam
Posting Komentar untuk "3 Kisah Mertua yang Pilih Kasih pada Menantunya yang Menyedihkan"