Mengenal Hadits Maudhu Atau Palsu Secara Lengkap
KisahWeb - Pembahasan mengenai pengertian hadits maudhu secara lengkap yang dihimpun dari berbagai sumber kredibel. Diharapkan bisa menjadi pedoman dan juga rujukan.
Dalam islam ada dua pedoman utama untuk beribadah yakni Alquran dan Hadits. Tak hanya sebagai pedoman ibadah, keduanya juga sebagai penunjuk arah dalam menjalani hidup.
Al Quran adalah wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad. Didalamnya terdapat firman Allah berupa perintah, larangan dan juga kisah-kisah hikmah. Kebenaran Alquran sudah tidak diragukan lagi, sebab itu adalah mutlak firman Allah yang tidak bisa diganggu gugat.
Sedangkan hadits adalah tuntunan, perkataan, perbuatan nabi, ketetapan dan persetujuan dari Nabi Muhammad yang dijadikan landasan syariat Islam. Tidak seperti Alquran, hadits bisa saja tidak benar (palsu).
Seorang muslim harus memilah mana hadits yang asli dan palsu sebelum menggunakannya. Adapun beberapa tingkat keaslian hadits yakni (dari yang tertinggi); Hadist Sahih, Hadist Hasan, Hadist Dhaif (Lemah) dan Hadist Maudhu (palsu).
Pada pembahasan kali ini, kita akan mengerucutkan pada pengertian Hadits Maudhu serta penjelasanya;
Pengertian Hadits Maudhu
Mayoritas ulama bersepakat bahwa Hadits maudhu adalah perkataan bohong dan mengada-ada yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW. Terkait itu, ulama juga mengatakan bahwa menyampaikan kebohongan secara sengaja adalah sebuah dosa, sebagaimana yang disabdakan rasulullah; “Barangsiapa yang berdusta atas namaku dengan sengaja, maka kelak posisinya di neraka,” (HR Ibnu Majah)
Maudhu merupakan Hadtis yang dipalsukan atas nama Nabi, di dalam rawinya ada rawi yang diketahui sering melakukan kedustaan dan pemalsuan. Tujuan pembuatannya pun beragam, NU Online menuliskan bahwa ada 5 motivasi pembuat Hadits Maudhu.
Tujuan Pembuatan Hadits Maudhu
Dilansir dari NU Online, dalam Taysiru Musthalahil Hadits, Mahmud Thahan memerinci ada lima hal yang mendorong orang untuk memalsukan hadits yakni;
Pertama, agar orang lain termotivasi untuk beribadah. Dahulu ada sebagian orang yang membuat hadits palsu dengan tujuan baik, namun caranya salah. Mereka membuat hadits palsu dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah, namun cara mereka salah.
Kedua, tujuan untuk merusak islam dari dalam. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa hadits adalah pedoman, arah umat muslim. Sebagian musuh Islam membuat hadits palsu agar umat Islam terpecah belah dan salah memahami agamanya.
Ketiga, sebagai alat untuk mendekati penguasa. Sebagian pemalsu hadits membuat hadits palsu yang berkaitan dengan penguasa. Tujuannya untuk memuji dan mendekati penguasa. Misalnya, kisah Ghiyats bin Ibrahim An-Nakha’i yang memalsukan hadits supaya bisa dekat dengan Amirul Mukminin Al-Mahdi.
Keempat, untuk mencari rejeki. Dahulu banyak yang melakoni profesi sebagai pencerita atau pendongeng. Dari bercerita, kemudian mereka mendapatkan upah. Untuk memikat dan mendapat banyak pendengar mereka memalsukan hadits. Di antara yang melakukan ini adalah Abu Sa’id Al-Mada’ini.
Kelima, sebagai tangga menuju kepopuleran. Sebagian orang membuat hadits palsu supaya ia populer, mereka membuat hadits yang tidak pernah diriwayatkan oleh orang lain. Namanya pun kemudian tercatat. Di antara yang memalsukan hadits demi popularitas adalah Ibnu Abi Dahiyyah.
Hukum Meriwayatkan Hadits Maudhu
Ulama sepakat bahwa hukum secara sengaja menggunakan hadits maudhu dalam berdakwah, atau sengaja menyampaikan atau meriwayatkan hadits maudhu adalah TIDAK BOLEH. Dibolehkan menyampaikannya dengan syarat untuk memberi tahu kepada khalayak kalau hadits tersebut BUKAN HADITS SHAHIH, tetapi HADITS MAUDHU.
Contoh Hadits Maudhu
Ustadz Adi Hidayat atau disapa akrab UAH pernah menyampaikan mengenai hadits palsu yang jumlahnya sangat banyak. Dalam sebuah tayangan yang diunggah di youtube tersebut ia mengatakan ada puluhan ribu hadits palsu yang dibuat dari 1 orang saja. "Satu orang bahkan memalsukan sampai 40 ribu kalimat yang disebutnya hadits," terangnya dilansir dari Malangtimes.
Dari banyaknya hadits palsu tersebut, terdapat hadits yang populer. Bahkan jumlahnya tidak sedikit. Contohnya adalah hadits "kebersihan adalah sebagian dari iman". Kemudian kalimat 'makan saat lapar dan berhenti saat sebelum kenyang'. UAH melanjutkan bahwa itu adalah kalimat yang bagus, namun Nabi tidak pernah mengucapkannya.
Kalimat-kalimat tersebut sangat bagus termasuk juga maknanya. Dan ajakan mengandung kebaikan dan kebenaran. Tapi Nabi Muhammad SAW sama sekali tidak pernah mengucapkan itu. Bahkan dari berbagai kisah yang ditulis dalam kitab di Arab menyebutkan jika sejak dulu memang ada banyak orang yang sengaja memalsukan hadits.
Beberapa hadits populer yang ternyata palsu (selain ini masih banyak lagi);
"Percakapan dalam masjid akan memakan/menghapus (pahala) kebaikan seperti binatang ternak yang memakan rumput"
"Taufik yang sedikit lebih baik dari ilmu yang banyak"
"Agama Islam dibangun di atas kebersihan"
"Sesungguhnya orang yang berilmu akan disiksa (dalam neraka) dengan siksaan yang akan membuat sempit (susah) penduduk neraka"
"Seburuk-buruk ulama adalah yang selalu mendatangi para penguasa (pemerintah) dan sebaik-sebaik penguasa adalah yang selalu mendatangi para ulama"
"Barangsiapa berkata: ‘Aku adalah seorang mukmin’ maka dia kafir, dan barang siapa berkata: ‘Aku adalah orang yang berilmu’ maka dia adalah orang yang jahil (bodoh)"
Dan masih banyak lagi .............
Kesimpulannya yakni, hadits maudhu adalah sesuatu yang dinisbahkan kepada Nabi SAW, tetapi sesungguhnya itu bukanlah perkataan, perbuatan, atau takrir Nabi SAW. Sobat, itulah ulasan mengenai Hadits Maudhu atau Hadits palsu. Semoga dapat memberikan pembelajaran untuk kita bersama. Wallahualam bishawab. Salam
Posting Komentar untuk "Mengenal Hadits Maudhu Atau Palsu Secara Lengkap"